Sabtu, 15 Desember 2012

Seriusan

Lumayan lama ngga posting, hal ini disebabkan karena saat - saat ini aku sedang menjalankan misi akhir bulanku untuk bisa terlaksana., adalah mendapatkan posisi kerja yang kusenangi dengan mencoba melamar perusahaan apa saja, bank, terlebih BUMN, untuk posisi sesuai jurusan ku. Hmmm,, belakangan ku hadiri job fair festival cari kerja, ataupun indonesian carier expo dengan penuh semangat walau untuk mencapai kesana adalah petualangan karena setiap aku kesuatu tempat itu adalah pertama kalinya, sehingga terlebih dahulu harus search trayek menuju tempat itu.

hingga hari ini aku masih menunggu dan terus menunggu jawaban, , sempat beberapa hari kemarin mencoba ikut psikotest di Honda Wahanaatrha, untuk posisi management trainee. entah apalah tugasnya aku belum tahu, dan setelah ku cari tahu ternyata job desk nya adalah mentrainee para sdm2 baru, yang baru gabung dan tentunya posisi ini untuk orang yang menyukai organisasi, mungkin bukan aku. untuk itulah hari itu, hanya ku mencoba dan mencari pengalaman saja, dan hasilnya aku tak lolos seleksi, tidak terlalu kecewa.

besoknya mengikuti wawancara di sebuah perusahaan financing, namanya PT Sun Life Finance untuk posisi Spesialis Insurance, tentunya di bagian asuransi syariah sesuai dengan title belakangku yang memakai nama ekonomi islam, dan memang harus mengaplikasikannya. dalam proses wawancara ini cukup dipermudah dengan satu pertanyaan yang selalu membuatku terharu jika ditanyakan, "berapa gaji yang kamu inginkan?",, Hummmm.., walhasil setelah itu, seorang ibu yang menerimaku menjelaskan tentang gambaran job desk telemarketing kepada aku dan dua orang pelamar yang kebelutan pendidikan terakhir mereka SMK.

karena tidak sesuai dengan posisi yang kulamar, aku mengajukan pertanyaan untuk posisi yang ku inginkan, dan jawabannya belum ada dan belum di buka untuk syariah., kecewa. pulang dengan muka kusem.

tetap semangat, dan terus berusaha.. karena aku yakin dengan cita- citaku suatu saat nanti pasti terwujud . untuk menjadi pekerja yang sukses sesuai dengan posisi passionku.




Senin, 19 November 2012

Pasca Wisuda

17 November 2012, siang pukul 11.00. Resmi sudah dilantik jadi mahasiswi lulusan dengan gelar S.E.I. kebanyakan dari mereka aku yakin bahagi terlebih mereka yang mendapat predikat Cum Laude atau Summa Cum Laude. Aku bukan keduanya, sedikit faktor yang membuat kurang bahagia, sedikit. meski terlalu ngasal untuk bilang kecewa karena sudah telat. para motivator bilang terus berjalanlah ke depan, jika ingin menjadi lebih baik dan jangan pernah menengok apalagi mundur ke belakang, karena hal itu hanya dilakukan oleh pecundang dan aku ingin menjadi seorang SuckSeed dengan berbagai ketidakmungkinan tapi pasti ada satu peluang baik.

jadi wisudawan menurutku adalah beban. beban untuk harus menjadi orang berhasil dan membahagiakan orang tua. beban untuk menjadi orang dewasa yang sudah harus mulai memikirkan tentang satu tahap hidup berikutnya, seperti nasehat mamah yang ingin anaknya bahagia dengan pasangan hidupnya. setidaknya itu.

terbesit kalau seandainya tidak dapat mencapai itu, kalau seandainya yang didapat tidak setinggi rencana. masih kerdil, tanpa ada banyak perubahan. Bukankah motivasi dan doa dari keluarga adalah kekuatan besar untuk aku terus berjalan dan hanya perlu yakin kalau hal itu bisa dicapai seperti apa yang direncanakan sebelumnya. Amin.

sedikitnya, bahagia..,, hari ini. dengan senyuman bahagia bersama teman-teman atas selesainya perjuangan menuntut ilmu 4 tahun lamanya. dan senyumlah karena saya sudah melewati satu tahap.


Rabu, 31 Oktober 2012

Seneng

Aktifitas menjelang wisuda tanggal 17 November 2012 sungguh membosankan. Dirumah dan tanpa kegiatan yang berarti. Lebih seringnya sih nonton tv sampe sudah tidak ada acara lagi yang bagus. Seperti biasa aku pun dengan santai dan ga jelas duduk – duduk sambil nonton tv sama ngemil. Tiba – tiba ada SMS masuk setelah sekian lama HP ku sepi pasca aku memilih berteman dengannya. SMS itu datang dari pembimbing skripsiku, dan tentunya bukan lagi masalah belum bimbingan karena skripsiku sudah di sidangkan dan sudah dibundling pula. Isi SMS nya: 
“Salam.. rozi bisa kirim jurnal kamu yang versi word nya untuk d lombakan k IIUM Malaysia. Nanti Ibu yang nerjemahin bahasa inggrisnya, deadline hari ini” 
Kaget,, dan merasa ga yakin juga sebenarnya. Tapi Cuma bisa berdoa semoga ga ngecewain Ibu yang sudah terlanjur percaya. Dan senengnya lagi, tulisannya tambah bagus setelah di poles sama ibu dosen, padahal sebelumnya mungkin sangat belum sempurna. 
Taraaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa..,, ini adalah sample abstrack versi bahasa ingrisnya yang sudah di kebut sama dosenku semalaman karena kejar deadline. SO THANKS FULL TO MY LECTURE 

 
A Contribution to Poverty Policy for OIC Countries :
Determinants of Poverty,  Comparative Analysis of OIC Member Countries and Non Member Countries in Southeast Asia Using Islamic Approach
Ries Wulandari[1] and Rozi Fery Setiyaningsih[2]
Abstract
Poverty is one of the crucial issues in the country - particularly the developing countries of Southeast Asia. Each country seeks to increase the GDP per capita can increase economic growth so as to reduce poverty will also affect the imbalance ratio. Every country in Southeast Asia have different policies in order to reduce the level of poverty in terms of the role of government. This study aims to determine the determination of poverty in OIC Members Countries and OIC Non Members Countries in Southeast Asia. The object of OIC Members Countries are Indonesia and Malaysia as well as Thailand and the Philippines- OIC Non Members Countries. This research used Fixed Effect regression with panel. The model  consisting of the dependent variable and several independent variables including poverty human development index, per capita GDP, government spending on education and health, Gini ratio and access to clean water. The results showed that the poverty in OIC Members Countries is determinated by HDI, government spending on health, per capita GDP, Gini ratio, and access to clean water. While the determinants of poverty in OIC Non Members Countries are HDI, government spending on health, GDP per capita, and access to clean water. The development of HDI is still very important variable.

 
JEL Classification : I32, I31, O11, C33
Keywords: Poverty, Basic Needs, Development, Panel Analysis





[1]  Tazkia University College of Islamic Economics
[2]  Tazkia University College of Islamic Economics


Selasa, 23 Oktober 2012

Desa nD Kota


Sudah seminggu lewat sehari aku dirumah. Melihat kondisi isi rumah dan lingkungan sekitar yang memang jarang sekali aku jamah karena aku terbiasa hanya didalam rumah. Memang beda banget orang kota di jakarta sana ataupun di bogor. Kebanyakan mereka benar – benar menghabiskan waktunya dengan baik, sibuk dan selalu sibuk. Sering aku melihat pemandangan pagi di stasiun, orang – orang pada jalan dengan langkah terburu – buru mengejar kereta dengan dandanan yang stylis. Sampai di kereta penuhnya naudzubillah. Melihat itu betapa banyak nya penduduk disana yang rela bangun pagi –pagi untuk mempersiapkan kerjanya. Dari situ aku menyimpulkan bahwa kemakmuran hidup mereka berawal dari produktivitas, bekerja keras dengan kemampuan yang dimilikinya masing- masing dan mereka layak untuk hidup makmur dari hasil kerja kerasnya. Ini bukti bahwa apa yang dikatakan dosen pengujiku waktu sidang skripsi. Beliau memberikan pesan intelektual buatku bahwa akar dari kemiskinan adalah produktivitas. Makmur atau tidaknya seseorang kita bisa melihat salah satunya dengan produktivitasnya.
                Benar – benar beda banget, kebanyakan orang didesa hanya santai – santai saja meskipun memang ada yang sibuk untuk mengurusi pertaniannya. Aku prihatin lihatnya, hidup ga berasa hidup kalo ga produktif. Seminggu dirumah tanpa aktifitas yang tersusun saja aku sudah bosen minta ampun dan aku ngga mau terus – terusan. Bayangkan mungkin lingkungan kebanyakan di desa merasakannya setiap hari, aktifitas sehari – hari ya Cuma itu – itu saja, gimana mau maju! Kalo perempuan yang statusnya sebagai istri ya bisa di maklumi, tugas mereka yang utama adalah sebagai ibu rumah tangga jika tidak berkarir. Jadi sedikit wajar jika mereka di rumah seperti juga mamah ku yang rajin mengurusi rumah.
                Lain halnya dengan para bapak atau kepala rumah tangga, bagiku adalah larangan jika masih ongkang – angking kaki ketika jam – jam kerja yang seharusnya digunakan untuk mencari nafkah. Untuk meningkatkan ekonomi rumah tangga, bertahan hidup dan sebagai rasa syukur atas karunia Allah di muka bumi. Maka manusia harus mencari karunia itu, berjalan di muka bumi dan carilah karunia Allah banyak – banyak agar kamu beruntuk, kurang lebih nya begitu arti ayat di surah al- jumuah ayat 10. Apa jadinya jika kepala keluarga lemah dan tidak punya daya untuk bekerja padahal fisik tidak ada masalah. Hal itu besar banget dampaknya pada keluarga. Salah satunya kebutuhan pokok yang tidak terpenuhi, anak jadi kurang semangat meraih cita – cita gara – gara si orang tua tidak mensuport nya secara finansial. Itu parah namanya. Dan akupun lebih suka melihat jika bapak dalam keadaan sibuk. Entah menerima banyak tamu ataupun ada suatu bisnis yang tidak ku ketahui di luar.
                Keterbatasan lapangan pekerjaan dan kemampuan? Mungkin itu yang mempengaruhinya. Kulihat jika mereka tidak jadi PNS yang gajinya cukup sadis buat para wiyata alias honorer, beberapa dari mereka menjadi kuli bangunan ataupun sawah. Penambahan lapangan kerja dan ditingkatkannya skill untuk mereka mungkin bisa mengatasinya.
                lepas dari itu, yang aku sangat sukai adalah rasa gotong royong dan keramah – tamahan di lingkungan seperti ini yang sangat mendarah daging. Kita semua tak perlu merasa kerepotan sendiri jika ada hajat atau musibah apapun, tetangga selalu siap sedia membantu. Ketika memberi masih berdasarkan rasa tulus tanpa berharap imbalan. Setiap aku pulang kerumah, tahukah tetangga sesekali membelikanku makanan ataupun cemilan kesukaan. entah cilok, jajanan basah, biskuit crispy yang kemarin tetanggaku membelikannya sepulang menemani anaknya ke sekolah. Subhanallah..,,, begitu perhatiannya yang padahal bukan saudara. Tapi seperti itu, di sini memang saling menolong dan memberi. Jika mamah ku masak pasti sesekali tidak untuk ukurang keluarga saja tapi tetangga sebelah juga. Tidak pernah merasa khawatir kesusahan kalo di desa. Hidup rukun bersama –sama dan saling membantu, juga ramah.
                Dan aku tidak mendapatkan ini selama aku merantau, masyarakat kota cenderung hedonis dan baginya hidup adalah urusan uang. Karena itu selalu bekerja keras untuk mengejar yang namanya uang. Antar sesama manusia harus saling waspada kali – kali bermaksud jahat. Menjadikan kita sering curiga dengan orang di samping kita yang berbuat baik misalnya ngasih makanan atau minum, padahal maksudnya tulus. Karena orang jahat dan baik di kota tidak bisa kita nilai dengan hanya melihat tampang, karena bisa menipu. Begitulah.... orang bilang hidup dikota itu keras kalo kita tidak benar – benar serius.