Minggu, 08 September 2013

Cinta yang Paradoks



Cinta seperti yang sedang kujalankan saat ini? Aku bahagia dengannya, senang dengan perhatian dan segala macam bentuk kasih sayangnya yang mampu menjadi support dan semangat baru sehari-hari ku dalam pencarian karirku saat ini. Tak mampu ku pungkiri kalau aku butuh stimulus macam itu, disamping usaha dan doa-doa yang sedang kujalani.
Aku lupa, bahkan aku belum menanyakan kepada diriku sendiri sebelum dia dua bulan lalu kuijinkan masuk dalam pintu hatiku. Aku lupa menanyakan apakah aku sungguh mencintainya? Apa dia memang laki-laki pilihan ku, yang membuat aku bahkan bertahun-tahun tak berkeinginan bersama dengan siapapun laki-laki, bahkan seseorang yang jelas-jelas tak diragukan cintanya dan sudah cukup syarat sampai mamahku pun menyetujuinya, malah aku tak memilih dengannya. Sekarang sudah kutinggalkan cerita itu.
Aku sedang melawan diriku sendiri Tuhan. Tidak hanya aku bahkan semua teman yang tahu siapa akupun pasti tahu cinta seperti apa yang kusukai. Aku sadar, yang sedang kujalani ini bukanlah cerita cinta yang terlalu ku sukai. Yang kudapatkan dengan cara singkat, dengan berlanjut harmonis dan penuh rasa kasih sayang yang seperti biasanya pasangan-pasangan lain. Bersama dengan seseorang yang 14 tahun lebih dewasa dariku, tentunya dia lebih mengerti tentang hal seperti ini ketimbang perempuan polos seperti aku.
Keinginanku untuk dapat bersama dengan orang yang menyayangi, peduli dan memahami, apalagi untuk saat ini seiring dengan semakin bertambah dewasa usiaku, aku semakin memerlukannnya untuk metamorfosis hidupku yang baru, supaya aku tidak absen dari sebuah perubahan diri yang selama ini tidak terlalu signifikan, ini memang alasan tak relefan dan kurang peduli prinsip. Hal inilah yang membuat aku tak peduli siapa dia? Bagaimana karakternya? Jelasnya dia sudah memberikan  sebuah stimulus gairah hidup dan turunan-turunanya. Iyah, aku tahu benar dia sudah sedikit mencampuri otakku dengan rayuan mesranya, dan ini akan semakin membuat otakku tidak jernih lagi, ditambah kebiasaan burukku yang berharap Tuhan memaafkan. Aku tahu Tuhan tak setuju.
Rabb, kusadari dengan sepenuh hati bahwa aku sedang melakukan kesalahan, aku menjalani fitrah manusiawiku secara keliru dan salah. Diapun makhlukMU yang tidak buruk, jika aku pura-pura tidak tahu apa yang buruk darinya, aku hanya ingat rasa sayangnya kepadaku yang setidaknya mengingatkanku bahwa ada adamMU yang mau menyayangiku seperti keluargaku mengkhawatirkanku. Karena aku tak sempat untuk mengharapkan seseorang yang sungguh ku cintai sepenuh hati, yang kupilih dengan berbagai pertimbangan, yang kukenali setelah waktu yang lama. Persepsiku hingga saat ini tetap sama Rabb,,, aku tak pernah bisa bersama dengan orang pilihanku sendiri, yang kuharapkan memiliki perasaan yang sama seperti tulusnya aku mencintainya, aku akan merasakan sakit yang sangat hebat Allah,, aku tak mau merasakannya lagi. sepertinya Engkaupun tahu Rabb,,, beberapa adamMU yang manakah yang sebenarnya kupilih. Tidakkah kau takdirkan aku bukan untuk memilih Rabb,,, aku hanya dipilih, dipilih dari seseorang yang mau menyayangiku tulus. Meski aku akan selalu berdoa kepadamu untuk berdampingan hidup dengan adam terbaik pilihanMU, yang membuat hatiku tidak ragu.  Aku akan selalu merasa tak mampu untuk bersama dengan adammu yang benar-benar kuinginkan Allah,,, bantu hamba dari rasa seperti ini.