Habis waktu sudah hanya untuk
mengeluh, meratapi dan sedih karena sedikit masalah dari beberapa masalah besar
yang orang lain alami. Menganggap kalau masalahkulah yang paling komplek dan
sulit diantara masalah-masalah orang lain. Padahal jauh sekali, mungkin
mentalku saja yang masih kecil.
Belakangan ternyata sudah lupa akan
arti tawakal, berserah diri kepada Allah atas apa yang ku lakukan untuk meraih
rencana dengan berbagai ikhtiar. Seringkali berikhtiar dan hasilnya tidak
seperti apa yang kuinginkan dan menemui kegagalan, seketika itu aku mengeluh,
meminta kembali kepadaNya untuk dimudahkan, sembari bertanya: kenapa? Kenapa
tidak Engkau mudahkan saja aku mencapai itu, sehingga selesai sudah masa
pencarian itu. Astaghfirullahhh,,,, hamba khilaf Rabb, betapa aku terlihat
meragukan-Mu, padahal aku tahu Engkau sudah mencatatkan dengan tinta itu semua
hal yang akan terjadi denganku 50 juta tahun sebelum aku ada, di dalam kitab
Lauh Mahfuz, dan aku tahu tinta itu sudah kering. Kenapa bisa-bisanya aku
meragukan-Mu, tampaknya aku lupa kalau setiap Engkau menutup satu pintu rezeki
untukku, Engkau akan membuka enam atau tujuh pintu yang lain. Engkau maha
mengetahui, sedangkan aku tidak ya – Wakiil.
“Dan
bertawakallah kepada (Allah) Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang, yang
melihat kamu ketika kamu berdiri (untuk shalat). Dan (melihat pula) perubahan
gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud.”
(QS. Asy-Syu’ara: 217-219).
Betapa aku sangat ketakutan akan
suatu hal yang sudah direncanakan, tetapi belum terlaksana. Hanya karena waktu
yang tertunda, semuanya perlu proses, dan setiap orang memerlukan waktu yang
berbeda untuk mendapatkan tujuannya. Dan bukan Allah tak sayang, hanya karena
proses yang kulalui panjang dan melelahkan. Taukah,,, kalau Allah maha
mengetahui apa yang terbaik untuk hamba-Nya. Taukah,, kalau janji Allah tidak
akan pernah menelantarkan hambaNya.
Seorang bayi menangis
sekencang-kencangnya ketika dia dilahirkan oleh ibunya, karena dia takut tidak
bisa makan lagi, karena satu-satunya saluran plasentanya diputus. Padahal
setelah itu Allah memberikan rezekinya melalui dua air susu ibu. Kemudian
setelah disapihnya dua tahun, bayipun menangis lagi, karena dia ketakutan tidak
disapih lagi, padahal Allah kembali menambahkan rezekinya dengan memberinya
makanan buah-buahan, sayuran, dan bahan makanan yang lain yang lebih banyak.
Maafkan hamba ya Wakil,, hanya kepada-Mulah aku bertawakal.
Tidak ada yang perlu kutakutkan
lagi, manusia memang berhak berencana untuk mewujudkan keinginan dan
cita-citanya, tapi hanya Allah lah yang punya kuasa penuh atas hamba-Nya.
Manusia berhak berikhtiar melalui kaki dan tangannya untuk mendapatkan sebuah
keinginan, dan kembali, hati lah yang bertawakal penuh kepada Allah yang maha
kuasa atas hamba-Nya.
Dan bukankah ikhtiar itu sudah
dilakukan? Terus dan terus tidak boleh menyerah, karena dengan berhenti, itu
awal dari kegagalan.
Lalu apa yang kutakutkan? Tercapai
atau tidaknya Allah yang berkuasa, jikapun belum, karena Allah akan segera
membuka banyak pintu jalan yang lain.
“Dan
barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan
(keperluan)nya.” (QS. Ath-Thalaq:3).
Sungguh maafkan atas khilafku ya
Allah,,, sedikitpun
tidak ada keraguan pada-Mu.